Daripada memotivasi orang lain, lebih baik.....

Dalam hidup kita, sering kali manusia sibuk dengan urusan orang lain. Memberi tahu, mengajari, memotivasi, bahkan kadang over dosis, offsida, berlebihan sampai mengkritik dan menyalahkan.

Dalihnya : kan saya mau bantu dia, saya mau menolong dia, saya mau dia lebih baik lagi....


hehehehe....

menarik ya.


Di ceramah beberapa waktu yang lalu juga dijelaskan bagaimana orang tua sibuk menuntut anaknya hapal qur'an, menuntut fasih bahasa inggris, sholatnya rajin, nilai sekolahnya 10 semua. Tapi perilaku orang tuanya kok sebaliknya...

.

ceplessssss....

Tentu sangat menarik melihat fenomena itu lalu kita hubungkan dengan teori motivasi.

Awal motivasi itu pendekatan untuk bertahan hidup. Survival.

Bagaimana manusia bisa bertahan tetap hidup, menyelamatkan dirinya, dari alam, dari hewan liar. Lalu bisa terus mengembangkan keluarganya, menjaganya, membuat komunitas yang lebih besar, sampai membangun negara, dan seterusnya

Lalu berlanjut dengan pendekatan "reward and punishment". Surga dan neraka.

Setelah manusia melewati masa berburu, masuk ke masa pertanian. Lalu masuk ke masa industri. Pendekatan motivasi manusia mengarah ke konsep yang berbeda. Upah dan Balasan. 

Bahasa luarnya "carrot and stick".

Pernah di bahas di : https://www.annasahmad.com/2022/09/2-arah-motivasi-yang-perlu-kamu-sadari.html


Lalu berkembang motivasi yang lebih holistik, personal dan internal :

Motivasi = Autonomy + Mastery + Purpose

https://www.annasahmad.com/2022/08/pelajaran-motivasi-dari-candle-problem.html

 

Nah, dari materi di atas, coba kita lihat sudut pandang lain dari buku : "Why Motivating People Doesn't Work ... and What Does" karya Susan Fowler.


Kita bisa melihat banyak sekali konten motivasi di social media. Tapi kenapa orang tidak bergerak?

masa sih?

ada sih yang bergerak, tapi bisa jadi sangat minim. 

motivasi dengan konsep reward and punishment itu cenderung memberikan efek yang sebaliknya. Menjadi ketergantungan ataupun resistensi. 


Di jaman ketika informasi itu sangat melimpah, manusia sekarang mampu mengakses ilmu, pengalaman, sehingga miliki banyak pilihan dan berhak untuk memutuskan tindakan atau perilaku yang akan diambil.

istilahnya : Otonomi, kebebasan.

Sehingga ketika seseorang merasa diatur, dikendalikan secara detail, motivasinya malah merosot!

Alih-alih mengatur, maka sebaiknya kita lebih memberdayakan orang lain untuk memiliki tanggung jawab atas keputusan dan pekerjaannya.

Hal lain yang memberdayakan adalah sifat sosial dari manusia yang ingin menjadi bagian dari komunitas, ingin bekerja sama, ingin bersama-sama untuk merayakan kesuksesan. 

.

Ketika seseorang sudah memiliki goal, tujuan, sudah melakukan A, B, C, tapi belum juga berhasil, hal yang perlu di cek adalah Kompetensi. Ilmu, pengetahuan, skill, networking, dan resources lain yang diperlukan.

Dengan mendapatkan small winning dengan level yang tepat, maka seseorang akan merasakan kesempatan untuk bertumbuh, berkembang, dan skill yang meningkat. Peningkatan kompetensi ini akan menumbuhkan motivasi.

Diskusi terkait model spiritual di sesi diskusi kemaren menarik. Misal tentang ibadah sholat. Yang levelnya baru sholat seminggu sekali, jangan langsung di paksa untuk bisa sholat jamaah tepat waktu berjamaah di masjid. Berikan tahapan yang sekiranya masuk dalam akal pikiran dan kemampuannya.

Misalnya yang sholat 5 waktu itu minimal.

Mau di awal waktu, mau di akhir. Mau jamaah, mau sendirian. Yang penting sholat 5 waktu.

Itu dulu.

Siapkan circlenya. Siapkan orang-orang yang bersedia mengingatkan dengan cara yang sesuai dan nyaman sehingga kebutuhan dasar : otonomi, hubungan sosial, dan kompetensi terjaga. 

Buat keputusan kapan dimana mau sholat.

Siapa yang mengingatkan : teman dekat, pasangan, anak, dll

Kompetensi : setting alarm, timer, bawa alat sholat...

.

Dari satu titik tersebut, bisa dikembangkan ke hal-hal pada kategori lain.

Lakukan refleksi pada diri sendiri secara rutin.

Apa yang sudah dicapai, apa yang mau di lepaskan. Support apa yang diperlukan. Sehingga bisa bertumbuh sedikit demi sedikit. Nikmati saja prosesnya.

Perlahan setiap manusia akan merasakan pentingnya kesadaran diri dan kehadiran. Mindful.


Inilah yang membuat manusia terus berkembang. Belajar. Beradaptasi. 

Karena perubahan itu pasti. Selalu akan ada hal baru, metode baru.


Bangunlah lingkungan, circle positif yang terus mendorong komunikasi terbuka, umpan balik positif, dan kolaborasi untuk terus menjadikan kita pribadi yang lebih baik.

Keluar dan lepaskan diri dari circle yang melemahkan dan menghabiskan energi.


Semoga teman-teman menemukan pelajaran-pelajaran yang bermanfaat dari tulisan ini.


Yuk join group support : 

Simple man, High Attitude