Financial Check Up

Minggu kemaren baru dapet buku dari teman penulis tentang financial Kak Tejasari Asad. Beliau ternyata juga pendaki gunung dan pemilik bisnis peralatan outdoor "Merapi Mountain".

.

Oh ya, sebelum membaca tulisan ini lebih lanjut, bisa simak sebentar tulisan ini :

https://www.annasahmad.com/2022/08/kapan-kamu-merasa-cukup.html

.

Momen saat ini sebenarnya sangat pas banget. Bulan November. Waktu yang pas juga untuk kita berhenti sejenak untuk beristirahat. Cek perjalanan kita di tahun 2022 ini. Semua kategori kehidupan :

- Keuangan : misal tabungan, dana darurat, income, dll

- Personal : sudah belajar apa saja, perkembangan skill, kebiasaan baru

- Fisik : berat badan, kadar gula, BMI, lingkar perut

- Relationship : family time, kualitas hubungan

- Sosial : volunteer kegiatan sosial, komunitas yang diikuti

- Spiritual : sudah khatam berapa kali, puasa sunnah,

- Fun : travelling, membeli barang khusus

- dan sebagainya....

.

Nah, ditulisan kali ini kita fokus di dimensi financial saja.

Yang mendasar adalah, sudah tahukah berapa nilai cukup hidup kita? Mulailah mencatat berapa income yang bisa kita dapatkan dalam 1 bulan, berapa pengeluaran wajib (kebutuhan pokok) yang diperlukan setiap bulannya? apa asset yang dimiliki? berapa hutang yang perlu dilunasi?

Catat.

Yang paling penting, apakah pemasukan tiap bulan, sudah mencukupi untuk membiayai semua pengeluaran?

Jika pengeluaran ternyata lebih besar dari pamasukan, itu tanda berbahaya!

Tapi tenang, jangan panik dulu. Dunia tidak akan langsung kiamat ketika "besar pasak dari pada tiang". Segera atur, cek, dan belajar dengan serius tentang pengelolaan keuangan pribadi.

.

Dalam hidup kita perlu sadar akan jebakan-jebakan keuangan seperti :

1. Terjebak gaya hidup boros terlebih karena gengsi

2. Terjebak investasi bodong (tertipu)

3. Terjebak hutang bunga tinggi (pinjol, rentenir)

.

Sekarang cek lagi, jebakan apa yang terjadi dalam kondisi keuangan kita.

Jika di tahap awal ini sudah lolos. Maka selamat. Lanjutkan membaca yaaa...

.

Cukup banyak teori tentang level dalam financial ini. Kalau versi sederhana saya bisa di cek di link : https://www.annasahmad.com/2022/08/financial-freedom.html


 

Ada yang membagi dalam 7 tahapan :

1. Fase Ketergantungan

Saat ini kondisi keuangan masih tergantung orang lain (misal orang tua). Kita masih harus mendapatkan "subsidi" untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika masih anak-anak tentu ini hal yang lumrah, tetapi untuk seseorang yang dewasa, kita tidak boleh terjebak di level ini. 

2. Fase Survive - Bertahan hidup

Kita sudah mulai mendapatkan penghasilan untuk membiayai kebutuhan dasar hidup. Tapi kita belum bisa menyisihkan uang utnuk menabung dan berinvestasi. Kita sudah bisa mandiri dan merdeka. Di level ini harus benar-benar bisa menjaga diri agar tidak terjebak hutang dan gaya hidup konsumtif kerena ingin kendaraan bagus, baju bagus, kulineran di tempat kekinian, dan sejenisnya. 

3. Fase Stabilitas

Kita sudah secara konsisten 2-3 tahun mendapatkan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan sudah memiliki kemampuan untuk mulai menabung. Di saat ini mulai sisihkan paling tidak 6x biaya bulanan sebagai dana darurat. Biasanya pada level ini kita mulai bisa menikmati hidup.

4. Fase Aman

Kita sudah bisa memiliki pendapatan yang stabil dan tabungan yang cukup, dan mulai mengembangkan dana serta mulai memiliki keinginan untuk kebutuhan sekunder. Misal rumah, kendaraan, sekolah anak, bahkan pensiun. Disini biasanya sudah mulai mengenal investasi baik di deposito, emas, property, saham, bisnis, dan berbagai portofolio lainnya. Disini mulai belajar tentang mengenal profil resiko diri. Cenderung yang aman atau memilih yang agresif. 

5. Fase Merdeka Financial

Di fase ini, penghasilan bulanan kita bisa jadi sudah 2-10x diatas kebutuhan bulanan. Sudah memiliki berbagai asset yang juga memberikan peningkatan asset. Misal tabungan bertambah dari bunga (bagi hasil), harga emas / property meningkat, mendapatkan deviden dari bisnis/saham, dan sebagainya.

Disini kita mulai memasuki keinginan untuk memenuhi kebutuhan tersier. Misalnya kendaraan mewah, baju branded, gaya hidup yang lebih mahal lainnya. Disini kita perlu sadar, dan mempersiapkan diri lebih baik lagi ketika kita nantinya tidak lagi memiliki penghasilan rutin. Artinya sudah benar-benar harus mempersiapkan passive income untuk memenuhi kebutuhan dasar. 

6. Fase Financial Freedom

Kita sudah ada di titik ketika tidak bekerja pun, kebutuhan dasar kita sudah bisa terpenuhi dari peningkatan asset yang kita miliki. Bahkan bisa jadi bukan hanya kebutuhan dasar, tetapi lifestyle sehari-hari sudah bisa dibayar dari penghasilan passive kita. 

Disini kita harus berhati hari terhadap jebakan financial freedom ya.

Karena tidak akan ada angin yang berhembus terus menerus. Bunga bank bisa naik turun, bisnis bisa untung bisa rugi, perusahaan IPO bisa bagi deviden, bisa saja kemudian bangkrut dan delisting. Harga emas bisa drop, property bisa tidak tersewa.

Jadi kita harus bisa mempersiapkan hal terburuk jika terjadi hal-hal di luar kendali kita.

Di fase ini pasti kita banyak keinginan, tapi sadari penuh, mana yang harus dipenuhi sekarang, mana yang bisa ditunda. 

7. Fase Keberlimpahan

Di fase ini, kita sudah memiliki semua keinginan akan barang, pengalaman, dan semua kemewahan yang ada di dunia ini. Pesawat pribadi, rumah istana megah, kapal pesiar, liburan keliling dunia, mobil termahal di dunia, restoran nomor wahid, dan semua kemewahan lainnya.

Di titik ini, uang tidak akan lagi menjadi fokus utama. Bisa jadi akan mencari hal-hal lain, bisa jadi kekuasaan, politik, atau lebih memilih jalur sosial dan spiritualitas. Pilihannya tergantung masing-masing.

.

Nah, sekarang sudah di level yang mana?

Masih di fase ketergantungan atau survive?

Atau sudah mulai masuk merdeka financial atau sudah di financial freedom?

.

Jangan kecil hati, 

Jangan pula sombong.

.

Semua itu pada hakikatnya adalah pemberian Allah yang terbaik untuk diri kita. Syukuri saja.

Kita semua tugasnya adalah berikhtiar dan memantaskan diri saja.

Yang dibawah, jika Allah mau bisa dibawa keatas, dan sebaliknya juga, yang diatas, bisa saja Allah turunkan ke bawah.

.

Setelah kita tahu kita dimana, kita bisa mulai mengelola diri, mengelola pikiran kita, mengelola perasaan kita, mengelola kegiatan dan aktivitas kita.

.

Karena itu yang ada dalam kendali kita. Apa yang bisa dilakukan?

1. Cek situasi saat ini. Lakukan langkah diatas. Catat kondisi keuangan kita saat ini. Aset apa yang dimiliki, hutang, piutang, atau hal-hal lain terkait keuangan. Baik ataupun buruk. Terima dulu.

2. Tetapkan goal / tujuan. Tuliskan dengan jelas apa yang diinginkan, nilainya, dan kapan. Cari tujuan-tujuan kecil yang 100% ada dalam kendali kita. Seperti apa? 

Misal ingin punya tabungan 10 jt di akhir tahun 2023. Maka setiap pagi hari kita masukkan uang 30rb ke tabungan. Setiap hari!

3. Buat rencana spesifik. Ini adalah turunan dari goal diatas. Misalkan agar kita perlu menabung 30rb per hari, maka kita perlu punya income berapa? kita perlu jualan berapa banyak? bagaimana cara mendapatkannya? mau menawarkan kemana? menawarkan kesiapa? ada berapa kontak whatsapp kita? berapa teman di fb kita?

4. Lakukan evaluasi rutin. Jika mau kontrol setiap hari, buat daftar seperti : https://www.annasahmad.com/2022/09/ritual-habit-atau.html  Apa yang perlu di cek tiap minggunya, tiap bulannya, tiap 3 bulan, tiap 6 bulan, tiap 1 tahun.

5. Miliki mentor, akuntabilitas partner, circle positive yang mendukung. Ini sepertinya sederhana, tetapi bisa jadi teknik ini yang paling manjur. Coba lihat, orang yang suka buang sampah sembarangan misalnya. Bawa dia pergi ke Singapore. Coba perhatikan perilakunya tetap, atau tiba tiba jadi lebih disiplin?

.

.

Selamat mencoba dan semoga berhasil.

Amin.

Klik disini untuk kehidupan yang lebih baik.

Simple man, High Attitude