Ditawarin untuk investasi atau membeli bisnis? Cek ini dulu.....

 Tentu buat temen-teman yang punya uang yang lumayan banyak, suka ditawarin untuk ikutan investasi di bisnis. Misal bisnis kuliner, buka warung kuliner, coffee shop, toko online, laundry, agency, lembaga training, supplier perusahaan, dll

Bisa dari keluarga sendiri

dari temen kuliah

dari temen kantor

dari komunitas

dan hal-hal lainnya.

.



Di dalam dunia investasi, model seperti ini populer dengan istilah private equity atau angel investing.

Dan....

walau kita tahu orang-nya,

Kenal baik,

Tapi secara bisnis jauh lebih kompleks dan berisiko tinggi dibandingkan investasi di saham perusahaan yang sudah listing di bursa. 

Lho kok bisa?

Kan kita kenal

Kita tahu orangnya

Kita tahu rumahnya

Kita tahu tempat bisnisnya

.

.

Yuk kita pelajari cara untuk mengevaluasi bisnis : Due Diligence.


4 Hal yang paling penting :

1. Tim Manajemen (The "Jockey")

  • Banyak investor berpengalaman mengatakan, "Investasi pada jockey-nya (pendiri/CEO), bukan hanya kudanya (bisnisnya)."
  • Integritas dan Kejujuran: Apakah Anda bisa memercayai tim ini? Apakah mereka transparan mengenai masalah dan kesuksesan?
  • Rekam Jejak: Apakah mereka memiliki pengalaman di industri ini? Apakah mereka pernah gagal dan belajar dari kegagalan tersebut?
  • Visi dan Kemampuan Eksekusi: Apakah mereka memiliki visi yang jelas dan kemampuan untuk mengeksekusi rencana tersebut?
  • "Skin in the Game": Seberapa besar komitmen mereka? Apakah mereka juga menginvestasikan uang, waktu, dan reputasi mereka sendiri ke dalam bisnis ini?


2. Model Bisnis dan Competitive Moat (Keunggulan Kompetitif)

  • Bagaimana Bisnis Menghasilkan Uang? Apakah model bisnisnya jelas, terukur, dan terbukti (atau setidaknya teruji)?
  • Apa "Moat"-nya? Moat adalah parit pelindung seperti di kastil abad pertengahan. Apa yang membuat bisnis ini sulit ditiru oleh pesaing? (Contoh: Merek yang kuat, teknologi (IP), efek jaringan, biaya pindah (switching cost) yang tinggi bagi pelanggan).
  • Skalabilitas: Apakah bisnis ini bisa tumbuh 10x atau 100x lipat tanpa peningkatan biaya yang proporsional?


3. Kesehatan Keuangan dan Arus Kas (Financial Health & Cash Flow)

  • Sering ada pepatah: "Revenue is vanity, profit is sanity, but cash is king." (Pendapatan itu semu, laba itu kewarasan, tapi uang kas adalah raja).
  • Arus Kas (Cash Flow): Ini adalah pertimbangan terpenting. Apakah bisnis ini menghasilkan kas (cash positive) atau terus "membakar uang" (cash burning)? Bisnis yang "untung" di atas kertas bisa bangkrut jika tidak punya kas untuk membayar gaji atau tagihan.
  • Utang (Leverage): Berapa banyak utang yang dimiliki bisnis? Siapa krediturnya? Apakah utangnya sehat (untuk pertumbuhan) atau tidak sehat (untuk menutupi kerugian operasional)?
  • Profitabilitas: Lihatlah marjin kotor dan marjin bersih. Apakah marjinnya sehat dan berkelanjutan?


4. Valuasi dan Struktur Kesepakatan (Valuation & The Deal)

  • Harga: Anda menghasilkan uang saat Anda membeli, bukan saat Anda menjual. Berapa nilai bisnis ini (valuasi)? Apakah harga yang Anda bayar masuk akal? Valuasi bisnis privat jauh lebih sulit daripada saham publik.
  • Hak Anda: Apa yang Anda dapatkan sebagai ganti uang Anda? Berapa persen kepemilikan? Apakah Anda mendapat hak suara (voting rights), kursi di dewan direksi, atau hak anti-dilusi (perlindungan jika ada investor baru masuk)?
  • Strategi Keluar (Exit Strategy): Ini kritis. Investasi di bisnis privat bersifat illiquid (tidak mudah dicairkan). Anda harus tahu sejak awal bagaimana Anda akan mendapatkan uang Anda kembali. Apakah melalui akuisisi oleh perusahaan besar? IPO (Initial Public Offering)? Atau buy-back (pembelian kembali) oleh pendiri?

.

Apa yang biasanya ikut di bisnis teman itu menarik.

Biasanya selain tentang hubungan "emosinal" : temen komunitas, keluarga, memberdayakan, dll

rata-rata :

  • Menawarkan return yang lebih tinggi dari tabungan / deposito
  • Memberikan perspektif "keuntungan yang pasti"
  • Memberi sense orang baik yang membuka lapangan kerja untuk orang lain

Tapi sayangnya dalam 1-2 tahun,

Biasanya tidak seindah itu semua......

.
.


Sering kita sebagai investor tidak melakukan pengechekan dan Due Diligence secara mendalam tentang : 

1. Aspek Keuangan (Financial Due Diligence)

  • Laporan Keuangan: Minta laporan keuangan audited (jika ada) atau setidaknya laporan internal selama 3-5 tahun terakhir (Laporan Laba Rugi, Neraca, Arus Kas).
  • Kualitas Pendapatan (Quality of Earnings): Pastikan pendapatan yang dilaporkan adalah pendapatan yang berkualitas dan berulang, bukan hanya "one-time" (sekali jadi).
  • Proyeksi Keuangan: Tinjau proyeksi mereka. Apakah terlihat terlalu optimistis? Apa asumsi yang mereka gunakan untuk membuat proyeksi tersebut?
  • Struktur Utang: Detail pinjaman, tanggal jatuh tempo, dan agunannya.
  • Pajak: Periksa status kepatuhan pajak perusahaan (NPWP, pelaporan pajak).


2. Aspek Legal dan Kepatuhan (Legal Due Diligence)

  • Legalitas Perusahaan: Periksa Akta Pendirian, SIUP, NIB, dan izin operasional lainnya. Pastikan semuanya sah dan berlaku.
  • Kekayaan Intelektual (IP): Apakah merek dagang, paten, atau hak cipta sudah terdaftar dan dilindungi secara hukum?
  • Kontrak-Kontrak Kunci: Tinjau semua kontrak penting: Dengan pelanggan besar, Dengan pemasok (supplier) kunci, Perjanjian sewa (kantor, gudang), Kontrak kerja dengan eksekutif kunci
  • Sengketa Hukum (Litigasi): Apakah perusahaan sedang terlibat dalam tuntutan hukum atau berpotensi menghadapi tuntutan?


3. Aspek Operasional dan Pasar (Operational & Market Due Diligence)

  • Analisis Pasar: Berapa besar ukuran pasar (Market Size)? Seberapa cepat pertumbuhannya?
  • Analisis Pesaing: Siapa pesaing utama? Apa kelebihan dan kekurangan mereka?
  • Analisis Pelanggan: Siapa pelanggan utamanya? Apakah ada ketergantungan berlebih pada 1-2 pelanggan besar (konsentrasi pelanggan)?
  • Rantai Pasok (Supply Chain): Apakah ada ketergantungan pada satu pemasok tunggal?
  • Aset Fisik: Tinjau kondisi properti, pabrik, dan peralatan (jika relevan).


4. Aspek Tim dan Sumber Daya Manusia (HR Due Diligence)

  • Struktur Organisasi: Siapa saja karyawan kuncinya selain pendiri?
  • Kompensasi: Bagaimana skema gaji dan bonus? Apakah ada program kepemilikan saham untuk karyawan (ESOP)?
  • Budaya Perusahaan: Apakah budayanya sehat dan mendukung pertumbuhan?




Jadi ingat lagi : Investasi di bisnis adalah komitmen jangka panjang, berisiko tinggi, dan tidak likuid. Proses due delegen ini jangan sampai lolos untuk memitigasi risiko dan mengidentifikasi peluang yang sesungguhnya.



stay happy

stay productive.

Simple man, High Attitude