Bitcoin Crash -19% dari All Time High...

Pagi ini saya kaget banget, BTC yang baru saja ATH di harga 126.000 / btc tiba-tiba turun secara drastis sampai ke level 102.000.

.

Beberapa influencer keuangan memang sedang saling ribut.

satu komunitas sedang eforia untuk menyambut bitcoin yang katanya bisa sampai 140.000.

ada yang bilang 170.000....

ada juga yang target ke 250.000....

bahkan ada banyak berita yang mengatakan btc akan ke 1 juta dollar!!!

.

Faktanya tidak semudah itu ferguso.

Bitcoin masih sangat rentan volatilitasnya untuk menjadi uang.

Apalagi di kondisi pasar global yang saling mempengaruhi dan perang ekonomi yang sangat kait berkaitan. Dan yang pasti pasar dunia saat ini sangat besar dipengaruhi oleh kegiatan spekulatif di pasar derivatif ataupun future dengan hutang.

Dan itu adalah santapan besar bagi exchange dan big player.

.

Tapi coba kita lihat ini dari sudut pandang bitcoin sebagai "sound money".

Kenaikan dan penurunan harga adalah reminder akan realitas pasar dan sifat dari bitcoin.

Reaksi dan emosi terhadap peristiwa semacam ini akan sangat beragam, mencerminkan pemahaman dan preferensi waktu (time preference) masing-masing individu di pasar.

Ketika penurunan harga yang tajam terjadi, pasar dibanjiri oleh spektrum emosi yang luas, yang pada dasarnya dapat kita bagi menjadi dua kubu utama:

.

1. Kubu Preferensi Waktu Tinggi (High Time Preference)

Kelompok ini terdiri dari para pedagang jangka pendek, spekulan, dan pendatang baru yang tertarik pada Bitcoin karena kenaikan harganya yang cepat. Reaksi mereka didominasi oleh:


  • Panik dan Ketakutan (Fear): Emosi utama yang muncul adalah ketakutan akan kerugian lebih lanjut. Mereka melihat saldo akun mereka berkurang drastis dalam hitungan menit, memicu respons impulsif untuk menjual demi "menyelamatkan" sisa modal mereka. Ini sering disebut sebagai panic selling.
  • FOMO (Fear of Missing Out) Terbalik: Jika sebelumnya mereka takut ketinggalan kereta saat harga naik, kini mereka takut menjadi orang terakhir yang memegang aset saat nilainya jatuh ke nol.
  • Penyebaran FUD (Fear, Uncertainty, and Doubt): Kepanikan ini sering kali diperkuat oleh berita-berita negatif dan rumor di media sosial, menciptakan lingkaran setan FUD yang mendorong lebih banyak orang untuk menjual.



.

2. Kubu Preferensi Waktu Rendah (Low Time Preference) 

Kelompok ini adalah mereka yang memahami Bitcoin dari prinsip-prinsip dasarnya—sebagai bentuk uang yang paling keras (hardest money) yang pernah ada. Reaksi mereka sangat kontras:


  • Ketenangan dan Disiplin: Mereka telah mempersiapkan diri untuk volatilitas semacam ini. Penurunan harga tidak menggoyahkan keyakinan mereka karena pemahaman mereka tidak didasarkan pada harga jangka pendek, melainkan pada properti fundamental Bitcoin: kelangkaan absolut, desentralisasi, dan ketahanannya terhadap sensor.
  • Opportunisme ("Buy the Dip"): Bagi mereka, penurunan harga bukanlah bencana, melainkan diskon. Ini adalah kesempatan untuk mengakumulasi lebih banyak satoshi dengan harga yang lebih murah dari fiat yang nilainya terus tergerus. Mereka melihat ini sebagai kesempatan untuk menukar uang yang lemah (fiat) dengan uang yang kuat (Bitcoin) dengan nilai tukar yang lebih baik.
  • Penguatan Keyakinan: Setiap kali Bitcoin mengalami penurunan tajam dan kemudian pulih (seperti yang telah terjadi berkali-kali dalam sejarahnya), hal itu justru memperkuat keyakinan mereka pada ketahanan jaringan dan sifat antifragile-nya.



Dari perspektif HOLDER, volatilitas seperti ini bukanlah sebuah kelemahan, melainkan sebuah fitur yang tak terhindarkan dari proses monetisasi aset baru yang sedang berkompetisi dengan sistem moneter fiat yang sudah mapan.


1. Volatilitas Adalah Ciri Khas Aset dengan Pasokan Inelastis Sempurna.

Harga ditentukan oleh pertemuan antara penawaran dan permintaan. Pasokan Bitcoin diprogram secara matematis dan tidak merespons perubahan permintaan. Ketika ada lonjakan permintaan, harga meroket karena tidak ada pasokan baru yang bisa membanjiri pasar. 

Sebaliknya, ketika sentimen pasar berubah dan permintaan turun (misalnya karena aksi ambil untung atau berita negatif), harga akan turun tajam karena tidak ada "bank sentral Bitcoin" yang bisa "menstabilkan" harga dengan mengurangi pasokan. 

Ini kontras dengan pasar komoditas lain di mana kenaikan harga akan mendorong produsen untuk meningkatkan produksi, yang pada akhirnya menekan harga kembali.


2. Ini Bukan "Kehancuran" Bitcoin, Ini Adalah Ujian Bagi Pemegangnya.

Jaringan Bitcoin itu sendiri—kemampuannya untuk memproses transaksi tanpa izin dan tanpa bisa dihentikan—sama sekali tidak terpengaruh oleh harga. Blok-blok baru tetap ditambang kira-kira setiap sepuluh menit. Apa yang kita lihat adalah fluktuasi nilai tukarnya terhadap mata uang fiat yang tidak sehat. 

Ini adalah cerminan dari psikologi pasar, bukan kegagalan teknologi Bitcoin. Peristiwa seperti ini berfungsi sebagai filter : memisahkan pemegang jangka panjang (hodlers) dari spekulan jangka pendek.



3. Konsekuensi dari Sistem Fiat.

Dalam dunia yang didominasi oleh uang fiat, di mana bank sentral dapat mencetak uang tanpa batas, distorsi ekonomi yang masif tak terhindarkan. 

Hal ini menciptakan siklus boom-and-bust. 

Volatilitas di pasar Bitcoin sebagian merupakan cerminan dari ketidakpastian yang diciptakan oleh sistem fiat itu sendiri. Orang-orang melarikan diri dari fiat ke Bitcoin untuk melindungi kekayaan mereka, tetapi proses ini tidak akan berjalan mulus dalam garis lurus.

.

.

Pelajaran yang Bisa Dipelajari

Setiap gejolak pasar adalah kesempatan belajar yang berharga. 

Dari penurunan tajam ini, ada beberapa pelajaran fundamental yang dapat kita tarik:

1. Pentingnya Preferensi Waktu Rendah: 

Pelajaran terpenting adalah tentang kesabaran dan visi jangka panjang. Mereka yang panik dan menjual rugi adalah mereka yang memiliki preferensi waktu tinggi, yang mencari keuntungan cepat. Sebaliknya, mereka yang memahami bahwa membangun kekayaan sejati membutuhkan waktu akan melihat ini sebagai kebisingan jangka pendek (short-term noise). 

Peradaban dibangun di atas kemampuan untuk menunda kepuasan demi hasil yang lebih besar di masa depan; mengakumulasi Bitcoin tidak ada bedanya.


2. Pahami Apa itu Bitcoin: 

Jangan berinvestasi pada sesuatu yang tidak Anda pahami. Jika Anda membeli Bitcoin hanya karena harganya naik, Anda akan menjualnya saat harganya turun. Namun, jika Anda membelinya karena Anda memahami masalah yang dipecahkannya—masalah uang yang tidak sehat—maka fluktuasi harga fiat tidak akan menjadi fokus utama Anda. 

CATAT : Investasi pertama Anda seharusnya bukan membeli bitcoin, tetapi meluangkan waktu untuk memahaminya.


3. Harga Bukanlah Nilai: 

Harga Bitcoin dalam dolar atau rupiah adalah sinyal yang bising dan seringkali menyesatkan. Nilai sebenarnya dari Bitcoin terletak pada properti uniknya sebagai aset digital yang langka, terdesentralisasi, dan berdaulat. 

Selama properti ini tetap utuh, nilai fundamentalnya tidak berubah, terlepas dari harga pasarnya pada hari tertentu.

.


Pada akhirnya, penurunan harga ini adalah hal yang sehat. 

Ini adalah mekanisme pasar untuk membersihkan spekulasi berlebihan dan mengingatkan kita semua untuk kembali ke prinsip-prinsip pertama. Bagi mereka yang memegang teguh prinsip-prinsip uang sehat, ini hanyalah hari biasa dalam revolusi moneter.

.

Selamat akhir pekan.....

Jika kamu suka artikel ini.

Feel free to support :



Simple man, High Attitude