4 Prinsip dan Strategi "Intelegent Investor"

Ini adalah rangkuman dari rangkuman buku legend :



Strategi 1 : Fokus pada Value Investing.

Value Investing adalah kegiatan investasi saham dengan melihat nilai fundamental saham perusahaan yang akan dibeli; dan fokus pada saham yang undervalue (atau harga saham di bawah nilai instrinsik perusahaan).

Dari mana melihatnya?

Earning Per Share (EPS) adalah laba perusahaan yang dibagi per lembar saham. Semakin meningkat nilai EPS dari tahun ketahun, maka nilai perusahaan tersebut semakin bagus (valuable). Apabila suatu saham memiliki nilai EPS Rp 500, maka saham tersebut menghasilkan laba sebesar Rp 500 setiap lembar sahamnya.

PER (Price to Earning Ratio) merupakan rasio yang membagi harga saham dibanding laba per saham.

Misal harga saham Rp 8000, dan laba per saham Rp 500; maka PER adalah 16. Saham dengan PER yang rendah (di bawah 10) banyak diminati oleh investor.

PBV (Price to Book Value) adalah rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan. Misalkan PBV sebesar 2x, artinya harga saham sudah sebesar dua kali lipat dibandingkan kekayaan bersih suatu perusahaan.

Dengan kata lain, harga saham tersebut 2 kali lipat lebih mahal dari modal bersihnya.


Strategi 2 : Diversifikasi Investasi

Jangan taruh semua dana investasimu dalam satu keranjang yang sama. Lakukan diversifikasi untuk menyebar resiko.

Misal komposisi investasi Anda 1 Milyar, dialokasikan ke :

1. Properti : 50% (500jt)

2. Saham : 25% (250jt)

3. Emas : 15% (150jt)

4. Deposito (kas) : 10% (100jt)


Strategi 3 : Jangan FOMO, Mengejar keuntungan instan dalam waktu singkat

Itu semua iklan dan berpeluang jebakan!

Coba perhatikan di social media orang yang flexing dan pamer, pasti ada motifnya.

Kata Ben Graham : jauh lebih baik berburu profit yang stabil dan konsisten, meski nilainya kecil. Daripada bernafsu memburu profit tinggi secara cepat.

Ingat, emosional kita akan dimainkan dan dijebak untuk menjadi kaya cepat, tapi faktanya akan rugi atau bangkrut dengan cepat.

Sadari dalam investasi akan selalu ada resiko : profit besar secara instan, sering kali menjebak seseorang untuk melakukan investasi yang berisiko tinggi. 

Bahkan lebih ngeri kalau ternyata tertipu investasi bodong atau Skema Ponzi yang akhirnya berujung semua tabungan hilang.


Profit kecil, namun konsisten, maka lama-lama akan tumbuh menjadi besar. 

Dalam jangka panjang, profit kecil akan berakumulasi menjadi big profit.


Dalam investasi keuangan (saham), teman terbaik kita itu adalah WAKTU.


Waktu, bukan besar kecilnya dana.


Makin muda investasi, makin panjang waktunya, dan hasilnya akan lebih dahsyat. Waktu investasi yang makin panjang akan memunculkan Compounding Return (atau imbal hasil yang bersifat akumulatif dan kian besar sejalan dengan waktu)


Strategi 4 : Jangan Mudah Terjebak Pasar Modal Yang Tidak Masuk Akal


Dalam dunia keuangan dan pasar modal, seseorang akan mudah terpengaruh untuk mengikuti perilaku orang lain dalam mengambil keputusan.

Akibatnya ada :  Fenomena Panic Buying atau Panic Selling.


Perusahaan aman, omzet masih on the track, namun harga saham bisa saja rontok seperti yang terjadi di bulan Mei ini jatuhnya saham besar seperti Bank BRI, Astra, dan PT Telkom.


Perilaku pasar yang emosional seseaat harus diabaikan jika kita ingin sukses investasi jangka panjang.


Terkadang kita kita perlu menjauhi berita dan tidak lagi melihat portofolio.

Studi menyebutkan : saat seseorang terlalu sering mengecek harga saham dan sibuk menganalisis berita-berita ekonomi harian, maka kinerja investasi orang tersebut justru akan menurun.

Sebaliknya, orang yang menjauh dari kegaduhan pasar dan tak tergoda dengan aneka berita pasar; justru makin bagus kinerja investasinya.

sumber : materi Yodhia Antariksa 



PS.  Catatan tambahan :

1. Kita sudah menganalisa saham dengan value investing : EPS, PER, PBV, tapi kalau ada isu kurang bagus bisa saja turun 10-20-30% lho... apa lagi kalau laporan keuangan keluar dengan hasil yang buruk, ditambah valuasi kemahalan ketika kita mulai beli. Ini contoh kasus di saham UNVR dan ACES.

2. Jangan terlalu sering melakukan teknik averaging down saat posisimu sedang merugi. Mungkin kita berpikir saham ini murah, kualitas bagus, tapi kinerja lagi buruk. 

Usahakan tetap memiliki dana cadangan untuk bisa beli lagi. CICIL ya.... jangan masuk langsung all in. Kapan masuknya? Jangan buru-buru. Tunggu ketika harganya sudah terdiskon 40-50% dari nilai porto awal kita. 

3. Ketika dana masih kecil, mau profit atau loss berapapun, pasti gak ngaruh kok. Nilainya pasti kecil juga. 100-200rb aja. sama kaya harga ngopi. Ingat batasi kerugian.

Jadi fokus pada dapetin income utama dan tambahan aja, rajinlah tabung ke RDN hingga cukup signifikan, baru mulai cicil untuk compounding wealth.

4. Jika saham yang dibeli naik, jangan terburu-buru dijual. Biarkan profitnya berjalan selama masih ada potensi untuk terus bergerak naik, apalagi jika harga all time high, merupakan sinyal breakout ke harga yang lebih tinggi.

5. Batasi jumlah saham yang dipantau agar bisa lebih fokus (3-7), jangan memantau banyak saham dalam waktu yang sama. Jangan Over Trading.



Simple man, High Attitude