Perlu coaching atau counseling?

Di sesi belajar bareng kemaren ada hal mendasar yang perlu kita kenali.

Counseling itu proses untuk membawa client di bawah standar untuk kembali ke standar.

Coaching itu proses untuk membersamai client dari standar untuk lebih ke atas (prestasi/naik kelas)


sekilas nampaknya sama, tapi ternyata berbeda.

Misal di sesi awal ketika diskusi tentu akan sangat berbeda pertanyaannya.

Counseling : apa masalah yang dihadapi? apa kesulitannya? adalah hal yang tidak diinginkan tapi terjadi?

Coaching : apa tujuan yang ingin di capai? mau kemana perjalanan saat ini? sudah sampai mana prosesnya?


kongkritnya counseling atau coaching bagaimana?

Counseling : mengembalikan ke situasi normal

  • saya ingin berhenti merokok dan minum-minuman keras
  • saya ingin berhenti menjewer dan membentak anak kalau dia melakukan kesalahan
  • saya ingin bisa kuat jalan kaki 10 km seperti dulu
  • saya mau merasakan kembali tidur dengan lelap dan tidak mudah terbangun di malam hari
  • saya ingin gula darah dan tekanan darah saya kembali ke normal
  • saya ingin tim saya kembali produktif seperti awal membangun bisnis

Coaching : meningkatkan ke level yang lebih tinggi
  • Nilai ujian saya sekarang 80, saya ingin naik rata-rata 90
  • Sekarang saya sudah bisa lari 5 KM, saya ingin bisa lari 10 KM
  • Omzet bisnis saya sudah 50jt per bulan, saya ingin bisa naik 100jt per bulan
  • Posisi karir saya saat ini sudah supervisor, saya ingin naik menjadi manager 

Disini kita akan makin jelas, pendekatan dari client akan cocok dengan metode apa.

Memang istilah konseling atau terapi itu terkadang terasa asing dan tidak ekologis, tapi secara makna bagi seorang coach ataupun aktivis produktivitas, kita perlu bisa membedakan sehingga bisa membantu diri kita atau client kita dengan lebih optimal.

Misalkan untuk proses coaching, kita bisa menggunakan konsep GROW

Sedangkan untuk proses counseling, kita bisa menggunakan konsep "NLP six step reframing"


Yuk kita coba belajar dan prakteknya :

NLP six step reframing ini suatu metode lama yang dikenal efektif untuk menciptakan lebih banyak pilihan terkait suatu perilaku, kebiasaan, perasaan, ataupun outcome tertentu. 

Konsep dasarnya adalah membantu untuk meningkatkan kesadaran akan perilaku seseorang bahkan sampai ke level perubahan.



6 langkah dalam bahasa aslinya :

  1. Select behavior
  2. Establish signal
  3. Elicit Positive intention
  4. Produce alternative behavior
  5. Solicit the signal that behaviors are selected
  6. Future pace and ecology check

Satu hal yang menarik dari teknik ini adalah memberikan banyak pilihan, membawa bagian yang tidak disadari ke permukaan, meningkatkan kesadaran dan melihat perubahan perilaku alternatif yang memberdayakan.

Yuk di detailkan tiap langkahnya :

1. Pilih Perilaku: 

Identifikasi dengan jelas masalah yang dihadapi. Bagaimana detailnya? Seberapa sering frekuensinya? 

Apa perilaku yang ingin diubah atau dihilangkan?

Buat rinci, bagian mana masalah-nya dan bagaimana hal itu mempengaruhi secara fisik, emosional, atau mental.


2. Tetapkan Sinyal: 

Di tahal ini perlu membangun kedekatan, sehingga client siap bersikap terbuka dan siap untuk mengubah perspektif dan pola pikir terkait dengan masalah tersebut.

Bantu dengan relaksasi singkat dengan merasakan hembusan nafas masuk dan keluar beberapa kali untuk menenangkan pikiran dan perasaan. 

Lalu mulai mengenali sinyal atau pemicu yang akan membuat perilaku atau perasaan tersebut muncul. Bisa berupa situasi tertentu, pikiran, atau emosi yang muncul sebelum perilaku yang ingin diubah terjadi.


3. Eksplorasi Niat Positif: 

Menggali niat positif atau keinginan yang mendasari perilaku yang tersebut.

Meskipun perilaku tersebut mungkin tampak tidak diinginkan, bisa jadi ada niat positif atau keinginan baik yang mendasarinya.

Kita bisa menerapkan konsep melepaskan diri / disosiasi dengan meminta bagian tubuh (misal tangan atau jari) untuk menemukan niat positif di balik perilaku tersebut. Buat persetujuan dan kesepakatan.


4. Hasilkan Perilaku Alternatif: 

Setelah mendapatkan niat positif, langkah berikutnya adalah menghasilkan perilaku pengganti, yang tetap bisa memenuhi niat positif tersebut. 

Ini kuncinya : Perilaku baru ini haruslah lebih sesuai dengan tujuan individu dan memberikan hasil yang diinginkan tanpa menimbulkan dampak negatif.


Teknik yang bisa mengexplorasi pikiran dengan disosiasi adalah dengan meminta organ tubuh yang lain untuk memberikan ide.

Misalkan tadi niatan positif diwakili jempol kanan,

Maka untuk juru bicara ide positif ini diwakilkan oleh jempol kiri.

Minta wakil tersebut untuk memberikan menghasilkan tiga alternatif terbaik.


5. Minta Konfirmasi Perilaku yang Dipilih: 

Secara gambaran besar, pastikan bahwa solusi yang diberikan sejalan dengan masalah yang dihadapi.

Di tahapan ini, bisa meminta diskusi antara jempol kanan dan jempol kiri tentang solusi mana yang mau dipilih.

Cek ulang, dari pemicu, lalu perilaku seperti apa yang diubah.

Jika sulit atau berat, cek dan negosiasikan ulang dengan diskusi dan memberikan kesempatan jempol kanan dan kiri untuk menentukan mana yang masuk akan dan bisa dijalankan.


6. Periksa Kecocokan dan Dampak ke Depan: 

Di tahap akhir, pastikan bahwa alternatif yang dipilih itu ekologis. Artinya tidak akan bertabrakan dengan lingkungan, baik internal diri sendiri ataupun external seperti keluarga atau sosial.

Lakukan visualisasi tentang bagaimana perilaku baru akan berdampak pada masa depan dan keseimbangan seluruh lingkungan. Hal ini akan memastikan perubahan yang dihasilkan akan berkelanjutan dan tidak merugikan aspek lain dari kehidupan.


Mau explorasi dan praktek bareng ?


Simple man, High Attitude