Kamu memilih melihat dari jendela yang mana?

Dalam hidup ini, sebagus apapun, sesempurna apapun, pasti kita akan bertemu dengan hal-hal yang buruk.

Bisa kegagalan
Bisa kekecewaan
Bisa suatu hal yang yang kamu tidak suka

Disana kamu bisa berlatih untuk memilih.

Seperti melihat ke luar jendela. Kamu melihat dari kaca yang kotor, atau melihat dari kaca yang bening dan jernih.




Di era sosial media saat ini, kita seringkali terbiasa membangun kebiasaan mengkomentari, mengkritik, melihat sisi buruk dari kejadian-kejadian setiap hari.

Mulai dari urusan politik, urusan ekonomi, urusan pertemanan, kadang sampai urusan rumah tangga dan religi.

Coba lihat : 
urusan pemilihan gubernur, ribut
urusan pemilihan presiden, ribut
urusan pertemanan si A dan si B, ribut
bahkan sampai urusan bubur diaduk atau gak diaduk aja bisa ribut hehehe....

Jadi teringat juga tulisan tentang mata lebah dan mata lalat ya...

Kita bisa melatih diri kita untuk melihat dari sisi kaca yang kotor, atau sebaliknya. Kita bisa juga melatih diri kita untuk melihat dari sisi kaca yang bersih dan jernih. Kita bisa fokus pada hal-hal yang kita sukai, melihat solusi solusi, kebaikan kebaikan, dan indahnya pemandangan di luar sana.


Coba perhatikan komentar di sosial media, entah fb, instagram, twitter, tiktok dan sebagainya, kita bisa melihat ada orang yang terlalu "kritis" sehingga apapun yang dilakukan orang lain selalu salah. Seakan-akan sudah tidak ada lagi kebaikan yang dilakukan.

Tentu kita pun tahu, tidak akan ada orang yang sempurna, tanpa cacat.

Tapi kuncinya mana yang mampu kamu lihat?
Apakah kamu hanya fokus melihat yang buruk dan membiarkan jiwa "kritik" menguasai diri kamu?

Atau kamu memilih melihat yang baik, dan fokus pada kebaikan?

.

Perlu kesadaran diri yang cukup, ketika kita melihat dari kaca yang kotor, maka bisa "mengotori" pikiran dan perasaan kita. Sehingga perilaku dan kata-kata kita juga terpengaruh lho...

Disini perlu "kecerdasan emosional" untuk berhenti melihat dari kaca yang kotor tersebut.

Coba lihat kejadian kecil di rumah. Dengan anak, atau dengan pasangan misalnya yang punya inisiatif menyapu lantai yang kotor (tapi menurut kita caranya tidak benar) :
"Kamu ini nyapu kok kayak gitu sih? gak serius, malah kotoran jadi kemana-mana"

sebaiknya katakan : "Wah keren banget mau membantu menyapu lantai, kita nyapunya dari sisi belakang ke depan ya."

Dengan begitu, bisa saja dia bersedia menyapu setiap hari.
Catat : orang akan bergerak lebih dengan dipuji dari pada dikritik.

Ketika kita secara terus menerus memberikan kritik, sadari masalah bukan ada di orang lain. Bahkan bukan dari sekeliling kita. Masalah ada dalam diri kita sendiri!


Sama dalam kehidupan kita, ketika kita melihat masalah, kita fokus di masalahnya (kaca yang buram) atau mau fokus pada solusi (kaca yang bening)

Seindah apapun pemandangan di luar, ketika kamu melihat dengan kaca buram, pasti terlihat kotor dan tidak mengenakkan.

Bagaimana cara fokus pada solusi?

ada 3 langkah sederhana untuk fokus pada solusi :

1. Sadari kita tidak bisa memilih hal-hal diluar sana (komentar orang, cuaca, inflasi, resesi, jalan macet, dan sebagainya), tetapi kita memiliki kemampuan untuk memilih respon terbaik.

2. Tanyakan pada diri sendiri : Apa yang saat ini saya inginkan? Apa yang bisa saya lakukan untuk mengubah situasi ini?

3. Kerahkan energi, pikiran, dan waktu diri kita ke arah kita inginkan.



Berikutnya setelah kita berniat, melakukan hal-hal diatas. 
Kembali sadari bahwa hasil itu ada diluar kendali kita.

Bisa jadi sesuai dengan yang kita inginkan,
bisa jadi belum atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan.

ibarat memanah, kita bisa berniat untuk membidik sasaran, mengerahkan energi, fokus kita ke hal-hal tersebut. Tapi bisa saja tiba tiba datang angin yang membuat panah kita bergeser. 

.

Itulah yang namanya ikhlas.


Sekarang cobalah hari ini berhenti sejenak.

Buatlah daftar hal-hal yang kamu sukai dalam kehidupan ini. 
Dalam hal apapun.

Kalau menemukan hal yang negatif, cari sisi positifnya.

Tulis dan mulailah fokus ke hal-hal yang memberdayakan.
Ketika kamu mulai mengapresiasi hal-hal positif, bertahap hal-hal negatif seakan-akan menghilang. Dan hidup kamu akan lebih damai, tentram, dan bahagia.


Dapatkan materi keren tentang kehidupan di link ini.



Simple man, High Attitude